Kamis, 05 Agustus 2010

DAMPAK BIAYA DAN KESEJAHTRAAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

DAMPAK BIAYA PENDIDIKAN DAN KESEJAHTRAAN

SERTA BEBAN KERJA GURU

TERHADAP PERESTASI HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Sudadio*

Abstract: Implication of multidimensional crisis which has not come to an end yet, though we know that the education plays an important role in developing the nation. Because of the reason, the improvement of education financing ang teacher salarys should be focus and starts from the basic aspect. It enclosed the focus of the research problem implication school financing and teacher salarys to leraning achevment. The research was held in sub district a in Banten. Cluster sampling was used to the elementary schools in the city, suburb, and villages. The researcher did the research sub focus problem, 1) the implication school finacing to learning chepvement, 2) the implication salary of teacher to learning achievement, amd 3)the teacher work to learning achepvemen. get the internal validity of the research, the researcher used data triangulation. From the triangulation, the researcher got the three basic aspects, namely 1) More greaher educational Cost will lead to higher achievement
elementary school students and
2) more greater the welfare / teacher salaries
Also, make elementary school student higher achievement, and 3)
increasingly heavy workload of the teacher make a lower student achievement
.

Kata Kunci : School Financing

Pendahuluan

Upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan disemua jenjang pendidikan tidak bisa lepas dari ketersediaan biaya pendidikan yang mencukupi dan disertai dengan system pengelolaan biaya pendidikan dengan memperhatikan standar mutu pengelolaan biaya pendidikan, yaitu berupa ketepatan alokasi dan kecepatan serta ketepatan distribusi.

Pembiayaan pendidikan adalah bagaimana memanfaatkan segala sumber – sumber pendidikan dengan maksimal dalam rangka menunjang penyelengaraan kegiatan proses pendidikan sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan yang produktif

Adapun yang dimaksud dengan produktivitas pendidikan sebagaimana yang dikatakan oleh Engkoswara (1986 : 81), produktivitas pendidikan adalah minimal meliputi tiga komponen utama yaitu : " (1) Prestasi (Efektif), meliputi masukan yang merata, tamatan banyak dan bermutu, ilmu yang didapat oleh lulusan bermanfaat dan lulusan dapat hidup mandiri dengan layak, (2) Suasana (efisien), yaitu meliputi : semangat dan motivasi belajar / kerja cukup tinggi, mendapat kepercayaan dari berbagai pihak, penggunaan waktu, tenaga dan fasilitas sesuai kebutuhan, (3) Ekonomi :berupa biaya proses pendidikan relative muruh dengaan kualitas cukup baik.".

Sedangkan menurut Allan Thomas, (1971 : 12 - 23), Fungsi Produksi pendidikan mencakup tiga fungsi utama yaitu : (1) The administration production function, yaitu fungsi manajerial yang berkaitan dengan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru, masukannya berupa, perlengkapan mengajar, ruang belajar, buku sumber dan kualifikasi pengajaran yang memungkinkan tercapainya pelaksanaan pendidikan yang berkualitas, sedangkan kelurannya dapat berupa lama belajar, (2) The Psycological production function : yaitu fungsi produksi pendidikan yang keluarannya merujuk kepada fungsi-fungsi pelayanan yang dapat merubah perilaku peserta didik, adapun sebagai masukannya berupa waktu mengajar, kualitas mengajar sikap dan kelakuan guru, serta fasilitas belajar yang digunakan, dan (3) The economic production function, yaitu fungsi ekonomi yang keluarannya berupa lulusan yang mempunyai kompetensi tinggi, sehingga apabila bekerja akan memperoleh penghasilan yang layak, dan mampu untuk hidup mandiri, yang masukannya berupa jumlah pengeluaran biaya, baik biaya langsung maupun biaya tak langsung.

Sudadio, Dampak Biaya Pendidikan Dan Kesejahteraan Serta beban kerja guru

Terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

Kemudian sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No/20 tahun 2003, pasal 46 (1) yang berbunyi bahwa pendanaan pendidikan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat, ( Depdiknas Ri, 2006: 31).

Hal ini diperkuat dengan pasal; 49 ( 1) berbunyi bahwa, “ biaya pendidikan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN dan dari APBD diluar gaji guru dan biaya pendidikan kedinasan. ( Depdiknas, 2006: 32), kedua pasal ini memiliki makna bahwa pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, bila kedua belah pihak baik masyarakat apalagi pemerinyahpusat dan daerah secara efektif berbagi peran dengan baik maka diharapkan dana masayarakat ( monatery cost ) dapat disenergiskan dengan dana yang disediakan oleh pemerintah.

Bila kerjasama antara pemerintah dan masyarakat tercipta dengan baik, dan saling percaya, diyakini besaran penerimaan biaya pendidikan akan lebih besar berarti dan dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti kepada peningkatan prestasi dan kualitas pendidikan pada umumnya serta dapat memberikan perhatian yang lebih kepada guru yang beban kerjanya sudah cukup berat serta lebih jauh hal ini dapay meningkatkan kesejahtraan guru, yang pada akhirnya hal ini semua akan berimplikasi kepada semakin meingkatnya kualitas hasil belajar siswa

Sedangkan yang dimaksud dengan mutu :” adalah jasa pelayanan atau produk yang menyamai atau melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan" (Margono Selamat, 2002 :5).

Mutu pendidikan dapat diartikan adalah : " Seseorang yang telah mencapai tujuan dari kurikulum (Objective of Curriculum) yang dirancang untuk pengelolaan kelas pelajar". (Ace Suryadi, 1993 : 159).

Oleh karena itu mutu pendidikan dapat diartikan adalah : " Seseorang yang telah mencapai tujuan dari kurikulum (Objective of Curriculum) yang dirancang untuk pengelolaan kelas pelajar". (Ace Suryadi, 1993 : 159).

Konsep ini, masih menekankan kepada pelanggan, yaitu dapat diartikan produk tersebut bermutu baik bila mendapatkan umpan balik yang baik berupa kepuasan dari pada pelanggan artinya penentu baik atau tidaknya mutu produk jasa layanan sangat tertentu oleh keterpenuhan akan kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Edward Deming (1986), mutu adalah : "The difficulty in defining quality is to translate future needs of the user into measureable characteristics, so that a product can be designed and turned out to give satisfaction at a price that the user will pay ".

Dari berbagai konsep yang dikemukakan oleh beberapa ahli ini, agar mutu pendidikan dapat diperoleh dengan baik, diperlukan berbagai daya dukung serta kinerja layanan yang baik pula,

Adapun karakteristik produk jasa layanan yang baik sebagai hasil elaborasi yang penulis sarikan dari berbagai sumber dan selanjutnya dielaborasikan kedalam layanan jasa di lingkup pendidikan yaitu; (1) mutu jasa layanan pendidikan harus memiliki tingkatan kepercayaan yang tinggi (reliability) terutama yang berhubungan dengan ketepatan waktu : waktu belajar, waktu menyelesaikan studi dan adanya perjanjian dengan guru dan peserta didik dalam kegiatan KBM, (2) Keterjaminan (assurance), yaitu layanan / jasa pendidikan senantiasa dapat memberikan jaminan mutu kepada pelanggan, (3) jasa pendidikan sepenuhnya harus memiliki rasa empathi terhadap peserta didik, (4) mutu jasa / layanan peandidikan memiliki daya tanggap (responsibility) terhadap pelayanan/peserta didik, (5) penampilan ( tangibility), rapi, harmonis dan bersih, (6) pelayanan mudah didapat.

JURNAL KEPENDIDIKAN TRIADIK, April 2008 Volume 12, No. 1

Atas dasar inilah penulis tertarik untuk meneliti “ Bagaimana implikasi besaran biaya pendidikan dan besaran kesejahtra serta besaran beban kerja guru terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar”, penulis tertarik untuk meneliti masalah ini adalah karena sekolah dasar memiliki peran sentral dan strategis, artinya kegagalan pendidikan pada jenjang sekolah dasar dapat mengakibatkan kegagalan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang tetah penulis lakukan di Kabupaten A di Provinsi Banten, dengan fokus kajian yaitu; “ Dampak biaya pendidikan dan kesejahtraan serta beban kerja guru terhadap prestasi hasil belajar siswa pada sekolah dasar “, dengqan sub fokus masalah penelitian yaitu Bagaiaman imlikasi besaran biaya pendidikan terhadap prestasi belajar pada siswa sekolah dasar, dan Bagaimana implikasi kesejahtraan guru terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar, serta Bagaimana implikasi beban kerja guru terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar. “ Adapun metode penelitian dilaksanakan secara kualitatif dan untuk mendapatkan data penulis berperan sebagai “ human instrument “ dengan menggunakan pedoman pengumpulan data berupa pedoman observasi, pedoman wanwaca dan pedoman penilaian dokumen prestasi belajar terhadap siswa klas tiga dan kelas enam dan empatpuluh orang guru sekolah dasar, yang diambila dari sepuluh sekolah dasar dengan menggunakan teknik sampling klaster, yaitu terdiri dari tiga sekolah dasar klaster satu (dalam kota), tiga sekolah dasar klaster dua ( pinggiran kota ) dan empat sekolah dasar klaster tiga ( pedesaan).

Dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, yang sebelumnya telah penulis lakukan triagulasi, sebagai upaya untuk mendapatkan hasil penelitian dengan transfaberlitas yang dapat dipercaya, berikut hasilnya penelitian sebagaimanan divisualisasikan pada table dan grafik berikut

Grafik implikasi biaya pendidikan dan kesejahtraan serta beben kerja guru terhadap prestasi belajar siswa sekolah dasar

Klaster

Biaya pendidikan

Prestasi belajar siswa

Beban guru

I

15.000

78,63

1: 49

II

7.500

68,67

1 :50

III

2.500

63,49

1 :53

Sudadio, Dampak Biaya Pendidikan Dan Kesejahteraan Serta beban kerja guru

Terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

Biaya

15.000

7.500

2500

Kesejahteraan

100.000

43.000

6.250

Beban kerja

1:49

1:50

1:53

Dari hasil penelitian sebagaimana divisualisasikan pada table dan grafik ini menunjukkan secara kualitatif sumbangan besaran biaya pendidikan pada era sebelum adanya Bantuan Opereasional Sekolah ternyata cukup baik dimana ada kecenderungan semakin besar biaya pendidikan yang dihimpun dari dana masyarakat melalui iuran orang tua murid dengan besaran unit cost persiswa perbulan untuk klaster satu sebesar 15.000, rupiah, ternyata dapat mengangkat prestasi belajar rerata nilai absolute adalah 78,63 yang direraratakan dari mata pelajaran calistung, hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan yang menonjol bila dibandingkan dengan sekolah dasar yang bberada di klaster dua dan klaster tiga dengan penerimaan biaya pendidikan yang dihimpun dari masyarakat jauh lebih kecil sehingga mengakibatkan kesejahtraan guru pun lebih kecil dengan beban kerja lebih berat bila dibandingkan dengan sekolah dasar yang berada di klaster satu, peneliti berpendapat dengan meyakinkan bahwa semakin rendahnya biaya pendidikan dan kesejahtraan guru dengan disertai dengan semakin beratnya beban kerja guru sebagaimana yang terjadi pada klaster dua dan tiga, maka semakin rendahpula presatasi belajar siswa

Atas dasar hasil penelitian inilah penulis mempunyai keyakinan bahwa semakin besar biaya pendidikan dan semakin besar tingkat kesejahtraan guru serta semakin sesuai standar bebean kerja guru, diyakini dapat diyakini akan semakin tinggi prestasi hasil belajar siswa.

Hal ini diperkuat dengan PP NO. 19/tahun 2005, pasal 62 ( 1) mengatakan bahwa pembiayaan pendidikan dapat meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya personal, pada penelitian peneliti lebih menekankan kepada biaya personal yaitu berupa besaran biaya unit cost per siswa yang dihimpun dari iuran orangtua murid.

Mengingat peran pendidikan terkait dengan masa depan suatu bangsa. Soltis (1986 :3), berpendapat bahwa, : Education is social institution created and maintained by a society in order to perpectuate countain aspect of it is culture through purposeful and learning ", (Syafruddin, 2001 : 22).

Sebagai institusi sosial, keberadaan institusi sekolah, berfungsi untuk menjalankan proses enkulturisasi masyarakat yang bertumpu pada aktivitas pembelajaran. namun demikian kualitas produk pendidikan terutama pendidikan di Indonesia saat ini menjadi persoalan yang mendasar, karena sekolah-sekolah di Indonesia sangat lamban bahkan tertinggal dalam mengadopsi perubahan, padahal sekolah adalah merupakan agent of social change, oleh karena itu sudah saatnya untuk merubah budaya sekolah yang melibatkan berbagai pihak yaitu : kepala sekolah, guru-guru, orang tua murid, dalam hal kelancaran proses pendidikan, guru memiliki peran sentral dan sangat strategis, karena guru merupakan sumber belajar utama yang berperan strategis dalam mencerdaskan peserta didik.

JURNAL KEPENDIDIKAN TRIADIK, April 2008 Volume 12, No. 1


KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan metodelogi penelitian deskriptif kualitatif dan telah melalui proses triangulasi sebagai upaya untuk mendapatkan hasil penelitian yang validi, dapat disimpulkan bahawa terdapat implikasi positif antara besaran biaya pendidikan dan besaran tingkat kesejahtraan serta semakin rendahnya beban kerja guru, yaitu semakin besar biaya pendidikan dan semakin besar kesejahtraan yang diterima oleh guru, semakin rendah beban kerja guru, maka semakin tinggipula prestasi hasil belajar pada siswa sekolah dasar.

Atas dasar hasil penelitian ini kiranya sudah saatnya secara sunguh-sungguh baik pemerintah maupun masyarakat secara bersama-sama untuk senantiasa memiliki komitmen tinggi terhadap pembiayaan pendidikan dengan tetap mengutamakan hal-hal yang menyentuh kepentingan guru sebagai ujung tombak penegak kebenaran dan keadilan serta pembebasan manusia dari kebodohan.

.

Sudadio, Dampak Biaya Pendidikan Dan Kesejahteraan Serta beban kerja guru

Terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

Sudadio, Implementasi Total Quality Management Dalam Perbaikan Mutu Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Idochi Moch, (2003 ), Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Bandung : Alfabeta.

Danim, Sudarwan . 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Depdiknas. 2000. Perencanaan Pembangunan Pendidikan. Jakarta: Biro Perencanaan

_______. 2002. Pengentasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

_______. 2005. Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Domingo Rene, T. 1997. Quality Means Survival. New York: Prentice Hall Ltd.

Engkoswara, 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menuju Otonomi Daerah . Bandung : YMK.

Engkoswara, 2002. Menuju Indonesia Modern 2020. Bandung : yayasan Amal keluarga

Fatta, Nanang, ( 2000) , Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,Bandung: remaja Rosdakarya.

Game, J, ( 1978 ), School Financing, USA: Pentice Hall.

Hardjosoedarmo, Soewarso. 1997. Total Quality Management. Jogjakarta : Andi

HardjoSoedanno, Soewarso. 1997. Dasar-dasar Total Quality Manajemen. Jogjakarta : Andi.

IKIP Bandung, 1990, Produktivitas Pendidikan, Bandung: Ikatan Alumni.

Jalal, Fasli, Supriadi, Dedi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jogjakarta : Adicita.

Moleong, L Lexy, 2000, Metododelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya

Mulyasa, 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Rosdakarya.

Mukhtar, 2003. Sekolah berprestasi, Jakarta: CV Fifamas.

Suryadi, Dedi, ( 2003 ), satuan Biaya pendidikan Pendidikan dasar dan menengah, Bandung : Rosdakarya.

Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management In Education. London : Philadelphia

Sanusi, Achmad. 1990. Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan. Bandung : PPI IKIP Bandung.

Sehuler S. Raudals. Harris, Drew. 1992. Managing Quality. Canada : Addison Wesley Company, inc.

Slamet, Margono. 2002. Total Quality Manajemen Pendidikan Tinggi. Bogor:IPB

Sudadio, 2004; Disertasi : Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Era Otonomi Daerah : PPS UPI Bandung

Sudadio, 2006. Strategi Generik Peningkatan Mutu Pendidikan, Banten: Dewan Buku Banten (DBB) Pres

Syafarudin. 2001. Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia

Thomas J, Alan. 1971. The Productive School. Canada :John Wiley Inc.

Tilaar, H.A.R. 1994 Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan untuk masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: PT. Gramedia



* Staff Pengajar FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten

Selasa, 03 Agustus 2010

PENDIDIKAN HAK DAN KEWAJIBAN

Pendidikan merupakan hak dan kewajaban bagi semua warga negara, sebagai hak setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan potensi dirinya agar menjadi warga negara yang cerdas, sedangkan sebagai kewajiban setiap warga negara memiliki kewajiban untuk memajukan pembangunan pendidikan dengan cara ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan pendidikan sehingga akan didapatkan suatu layanan pendidikan yang baik, berkualitas, dan tetap terjangkau oleh semua pihak. Makna lain dari arti hak dan kewajiban ini juga tersirat dan tersurat adanya peran timbal balik serta kerja sama anatara pihak pemerintah, dan masyarakat dalam pembangunan pendidikan yang berkualitas, hal ini sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional no.20 . 2003 pasal 7 ( 1 ) " orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikandan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan ananknya, sedangkan ayat (2), menjelaskan " orang tua dari anak yang wajib belajar , berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. kemuadian pasal 8 menjelaskan masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan, sedangkan pasal 9, berbunyi " masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Hak dan kewajiban orang tua dan masyarakat ini, di ikuti dengan hak dan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana termaktub dalam pasal 10, menegaskan " pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, hal ini dipertegas lagi dengan pasal 11 ayat (1) dan serta khususnya ayat (2) pemerintah dan pemerintah daerah wajib tersedianya dana guna terselenggaranyapendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas btahun, hal ini dipertegas oleh pasal 34 ayat ( 2 ), " Pemerintah dan Pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya ( alias gratis )."

Bagaimana implementgasi dari npasal-pasal ini ??!!!..., sepengelihatan dan sepengetahuan penulis atas dasar melihat dan mendengar kelanmsungan tahun ajaran baru thun 2010-2011, khusus untuk pendidikan dasar, ternyata kenyataan dilapangan tidak ada satupun pendidikan dasar yang gratis khusunya di Kota A tempat saya tinggal, semua SD dan SMP memungut biaya diatas ratusan ribu rupiah dengan berbagai bentuk alokasi dan distribusi dan dipungut melalui komite sekolah yang disebut Dana Komite Sekolah (DKS ), yang jadi bahan pikiran saya adalah kenapa ada kampanye pendidikan gratis ??????!!!, hindari janji kosong, biarkan pendidikan berkembang tanpa harus dimasuki oleh keperluan atau nilai politik tetapi biarlah pendidikan berkembang sebagai pusat perubahan dan proses pendewasaan dalam arti yang luas, bila kondisi ini di lakoni oleh semua pihak khusunya yang berwenag maka Visi Indonesia 2030 sebagaimana yang saya cantumkan dalam tulisan Desertasi saya pada tahun 2004, yaitu : " Indonesia mapan tahun 2030" akan jadi kenyataan. semooooogaaaaaaaa... amin...