Minggu, 21 Februari 2010

UJIAN NASIONAL

keberhasilan ujian nasinal sangat ditentukan oleh kerjasama tiga kondisi strategis utama yaitu: orang tua murid, sekolah, dan murid itu sendiri, ketega aspek inilah yang menjadi " driving force " penentu kelulusan siswa dalam ujian nasinal. Untuk inilah kiranya ketiga komponen utama ini agar bekerja sama dengan baik serta dapat menjalankan perannya dengan baik pula, sebab bila ketiga komponen ini ( orang tu, sekolah/guru, dan siswa ) memahami perang fungsinya masing-masing, maka dipastikan muaranya akan menimbulkan tingkat percaya diri yang tinggi terutama pada siswa yang akan menjalani dan merasakan betul bagaimana dampak ujian nasional yang saat ini mulai dirasakan baik secara fisik terutama lagi secara psikologis. Oleh sebab itu kunci keberhasilannya adalah tanamkan tingkat percaya diri yang tinggi kepada orang tua, sekolah/guru terutama kepada putra-putri yang akan menempuh ujian nasional, jadikan ujian nasional sebagai ajang ujicoba untuk melihay kembali serta mengkonstruk kembali pemahaman, penguasaan berbagai mata pelajaran terutama yang akan diujikan yang telah dipelajari selama menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu, hilangkan perasaan " kata Uji ", karena bila kata ini termemori hal ini akan menyebabkan beban psikologis berat bagi siswa, akibatnya dapat menyebabkan stres, cemas, bahkan depresi, bila keadaan ini terjadi maka pola pikir siswa menjadi terganggu, konsentrasi menurun, akibatnya daya ingatpun menjadi lemah, bila sudah seperti ini keadaan siswa dapat dipastikan walau selama menempuh pendidikan siswa tersebut tercatat sebagai siswa yang berprestasi, akibatnya pada saat ujian nasional akan mengalami kesulitan. Atas dasar inilah pihak sekolah yang telah melaaksanakan proses pendidikan selama tida tahunan pada jenjang smp dan sma, dipastikan sangat mengetahui kemampuan setiap individu siswanya, oleh sebab itu akan lebih baik bila dilakukan supervisi klinis disaat-saat menjalang ujian atau di tahun akhir pemdidikan, tujuannya agar dapat diketahui siswa mana yang mengalami kesulitan belajar dan perlu mendapat perhatian serta perlakuan khusus. Kepada pihak yang lebih tinggi sebaiknya mulai memikirkan strategi terbaik untuk mengelaborasi ujian nasional yang selama ini telah dilaksanakan yang secara nasional dari aspek kuantitatif dipandang cukup baik, akan tetapi dari aspek kualitatif jarang diukur atau bahkan tidak dilakukan, oleh sebab itu melalui tulisan ini sejak emapat tahun yang lalu penulis mengeluarkan " ide " berupa UN+UMPTN ( atau apala namanya ), ( mohon maaf ide serupa pernah didengar dari perbicangan menjelang UN 2010 ini ), jelasnya ide yang saya bangun adalah lakukan ujian nasinal plus ujian masuk perguruan tinggi negeri, rekyasanya begini bila secara nasional dimisalkan tersedia 150.000 kursi untuk mahasiswa baru di seluruh PTN se Indonesia, bila dari 150.000 kursi ini diperuntukan kepada siswa SMA yang lulus UN+UMPTN sebanyak 100.000 kursi, artinya sebanya 100.000 lulusan SMA yang lulus UN otomatis lulus masuk PTN tentunya dengan kualitas dan bobot soal di buat sedemikian rupa dalam rang menjaring lulus UN + UMPTN, sedangkan yang 50.000 kursi lagi diperuntukan bagi siswa yang lulus UN tapi tidak otomatis atau tidak memenuhi nilai yang disyaratkan untuk langsung lulus masuk UMPTN dengan cara mereka mengikuti test masuk PTN/UMPTN seperti sekarang ini. Staratyegisnya ide ini akan menghasilkan tiga keuntungan, pertama motivasi belajar siswa akan meningkat tinggi, kedua kualitas lulus UN akan meningkat, dan ketiga dari aspek biaya ( akan menghemat pengeluaran orang tua, walau negara dirugikan dari setorang penerimaan pendaftar calon mahasiswa baru PTN), bayangkan bila diasumsikan setiap pendaftar bayar Rp 200.000 x 100.000 kursi gratis ( karna UN+UMPTN) maka hasilnya RP 20 milyar lebih yang termasuk katagori biaya langsung belum lagi kalau dihitung dari aspek biaya tak langsung selama persiapan dan mengikuti UMPTN/SMPTN, yang asumsinya diperkirankan setiap calon mahasiswa diperkirakan dapat menghabiskan biaya total biaya tak lansung mencapai Rp 300.000 maka total penghematan bisa mencapai Rp 500 milyar, inilah yang perlu kita pikirkan bagaimana strategi terbaik untuk memberikan kesejahtraan kepada masyarakat yang lebih mudah dan lebih baik dengan implikasi kualitas pendidikan yang tervisualisai dari hasil UN dipastikan akan mengalami peningkatan secara drastis sebagai akibat tingginya minat dan motivasi siswa karna mereka ingin mengejar hasil dengan beban yang relatif sangat ringan. ide ini suadah terbit dijurnal pada tahun 2004, bila ada yang merasa gagasannya saat sama mari kita elaborasi bersama siapa tahu bisa menjadi sumbangan yang berharga bagi dunia pendidikan kita... amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar