Kamis, 19 September 2013

DEMI KUALITAS ATAU KETIDAK IKHLASAN...

JANGAN KEBERI PENDIDIK DI BANGSAKU

mencermati  dan menganalisis berbagai kebijakan yang dikeluarkan serta implikasinnya terhadap para pendidik di bangsa ini ( guru dan atau dosen ), patut saya acungkan jempol atas berbagai penghargaan yang telah diberikan seperti diberikannya tunjangan profesi guru dan dosen sebesar satu kali gaji pokok setelah dipotong pajak limabelas persen, kondisi ini cukup memberikan sedikit penghargaan,mkenapa dibilang sedikit penghargaan ... sebab penghargaan ini tdk diperoleh secara gratis, akan tetapi dengan segala upaya yang terkadang mendebarkan serta harap-harap cemas karena dalam realisasinyapun tdk seindah dan tdk semudah yang diharapkan, hal ini terbukti tdk sedikit tunjangan profesi guru atau dosen ini adakalanya baru dibaya setelah mengalami keterlambatan antara 2 - 6 bln baru dibayar, 

Mari kita bandingkan dengan intitusi tertentu di negara ini, dimana karyawannya tdk susah payah, tdk ada penilaian. tdk ada plpg, tdk ada portopolio, AKAN TETAPI CUKUP DENGAN SURAT KEPUTUSAN PEJABATNYA... DENGAN SERTA MERTA MENDAPAT TUNJANGAN APAPUN NAMANYA TDK PENTING YANG PENTING MEREKA LANGSUNG MENDAPAT TAMBAHAN AMBIL SAJA CONTOH SALAH SATU KEMENTERIAN ANTABERANTA JEGER DAPAT ANTARA 4 - 12 JUTA TIAP BLNYA,... EH TAUNYA MASIH KORUPSI JUGA...

Bayangkan kalau penghargaan itu diberikan kemudahan kepada guru dan dosen termasuk jenjang karernya diberikan kemudahan dengan tetap tdk melanggar normatif tapi tdk terkesan mengada-ada ( tercermin tdk ikhlas ) ambil saja contoh, bgaimana perubahan kententua kenaikan jabatan fungsional dosen khusunya jabtan dari lektor kepala ke guru besar ( saya paham tujuannya ), akan tetapi kebijakan tersebut mencederai kualitas produk dalam negeri ini, salah satu  contohnya nyata kekerdilan penguasa/pejabat terkait yang memaksakan kehendak dengan syarat jurnal international sebagai syarat menjadi guru besar, ( kalau demi kualitas ) dipastikan tdk akan berhasil, apakah kualitas dapat diperoleh hanya dengan jurnal international yang seolah-olah menggalgalkan gelar doktornya, KERDIL BETUL POLA BERPIKIR SANG PEJABAT, Justru karena doktorlah maka cukup jurnal terakrditasi dikti kalau perlu dua jurnal, dn bagaimana alternatif bagi yang sudah lebih dari 7 tahun di lektor kepala adakah kebijakan lain....???, sebaiknya kebijakan ada alternatif tertentu, bila tdk maka INILAH YANG DIMAKSUD BUKAN DEMI KUALITAS TAPI DEMI TDK IKHLAS KWATIR GURU BESAR MENJADI BANYAK SEHINGGA MENJADI BEBAN BAGI NEGARA  BUKANKAH BEGITU .... BAPAK..., SEBAB KALAU DEMI KUALITAS ANALISISNYA TDK MUNGKIN BERHASIL DAN TDK AKAN BERMAKNA DENGAN MENULIS DIJURNAL INTERNATIONAL ( BELUM LAHI WADAH STRUKTURAL DAN FUNGSIONALNYA SANGAT MENYULITKAN) SEMOGA TDK MENCEDARAI JATI DIRI DAN NASIONALISME BAHWA PRODUK DALAM NEGERI TDK KALAH DENGAN PRODUK LUAR, DAN BELUM TENTU PRODUK LUAR LEBIH BAIK KETIMBANG PRODUK DALAM NEGERI SENDIRI... BUKA MATA, BUKA HATI,  ANDA BUKAN MALAIKAT... SIAPA TAHU JUSTRU ANDA BAGIAN DARI PENGKIANAT....BANGSA...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar